Selain trendi, tas punggung (backpack) juga praktis. Tas satu ini memungkinkan kita mengangkat beban besar tanpa membuat tangan repot. Namun jangan terlena. Jika salah pakai, tubuh bisa bungkuk atau bengkok tak karuan!
Tas punggung (backpack) atau sering juga disebut tas ransel memang banyak penggemarnya, mulai anak-anak kecil, ABG hingga pecinta alam yang doyan jalan kaki menembus hutan dan mendaki gunung pun memilih tas ini karena praktis. Tas ini dirancang sedemikian rupa, sehingga penggunanya mampu mengangkat beban berat tanpa merepotkan tangan. Tangan bebas bergerak sesuai kebutuhan pengguna.
Pendapat senada juga dikemukakan J. Hardjono, SKM, MARS, RPT, Dekan Fakultas Fisioterapi Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta. Selain faktor-faktor di atas, "Tas punggung merupakan alat bantu pengangkat beban yang paling sehat, karena beban bertumpu pada bagian yang paling kuat, yaitu punggung." Cangklong di kedua bahu juga memberi efek positif, yaitu membuat beban bertumpu secara merata. "Dengan begitu, tas punggung menjadi alat paling efektif utuk mengangkat beban yang berat."
Hardjono menambahkan, hasil penelitian di Yogyakarta membuktikan bahwa para penjual jamu gendong yang sudah tua tidak mengalami pengeroposan tulang separah wanita seusianya. "Ini disebabkan oleh latihan beban yang tanpa disadari telah mereka berikan pada punggung mereka," jelas Hardjono.
Bagi yang punya kecenderungan bungkuk, tas punggung juga merupakan pilihan tepat. "Dengan bebat yang pas serta cara memakai yang baik, tas punggung bisa membantu memperbaiki postur tubuh menjadi lebih tegak. Nah, postur yang tegak akan membantu tubuh bekerja secara optimal," bebernya. Jadi, " Pemakaian tas punggung untuk mengangkat beban berat juga memberi pengaruh yang sehat bagi tulang punggung pemakai."
Tas punggung (backpack) atau sering juga disebut tas ransel memang banyak penggemarnya, mulai anak-anak kecil, ABG hingga pecinta alam yang doyan jalan kaki menembus hutan dan mendaki gunung pun memilih tas ini karena praktis. Tas ini dirancang sedemikian rupa, sehingga penggunanya mampu mengangkat beban berat tanpa merepotkan tangan. Tangan bebas bergerak sesuai kebutuhan pengguna.
Pendapat senada juga dikemukakan J. Hardjono, SKM, MARS, RPT, Dekan Fakultas Fisioterapi Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta. Selain faktor-faktor di atas, "Tas punggung merupakan alat bantu pengangkat beban yang paling sehat, karena beban bertumpu pada bagian yang paling kuat, yaitu punggung." Cangklong di kedua bahu juga memberi efek positif, yaitu membuat beban bertumpu secara merata. "Dengan begitu, tas punggung menjadi alat paling efektif utuk mengangkat beban yang berat."
Hardjono menambahkan, hasil penelitian di Yogyakarta membuktikan bahwa para penjual jamu gendong yang sudah tua tidak mengalami pengeroposan tulang separah wanita seusianya. "Ini disebabkan oleh latihan beban yang tanpa disadari telah mereka berikan pada punggung mereka," jelas Hardjono.
Bagi yang punya kecenderungan bungkuk, tas punggung juga merupakan pilihan tepat. "Dengan bebat yang pas serta cara memakai yang baik, tas punggung bisa membantu memperbaiki postur tubuh menjadi lebih tegak. Nah, postur yang tegak akan membantu tubuh bekerja secara optimal," bebernya. Jadi, " Pemakaian tas punggung untuk mengangkat beban berat juga memberi pengaruh yang sehat bagi tulang punggung pemakai."
Namun, di balik sisi-sisi positifnya, tas punggung ternyata juga menyimpan bahaya. "Ini bisa terjadi jika pemakai tas punggung tidak disiplin," tegas Hardjono. Apa maksudnya? Sesuai namanya, beban tas punggung seharusnya diletakkan di punggung. Namun pada praktiknya, "Kadang anak-anak sering menyatukan kedua cangklong tas lalu membebankannya pada salah satu bahu saja. Nah, ini yang bikin tas punggung jadi tidak sehat."
Pilihan cangklong pun dapat menentukan sehat-tidaknya tas punggung. Cangklong lebar yang dilengkapi pembantal jauh lebih sehat ketimbang tali tas yang kecil. "Cangklong lebar mampu memberi beban secara lebih merata pada bahu, dilengkapi bantalan agar beban tidak menghambat peredaran darah." Sebaliknya tas dengan tali kecil, bebannya jelas hanya terfokus pada satu daerah yang sempit, sehingga kerja pada daerah tersebut terasa sangat berat. "Tas punggung macam itu memang bukan untuk mengangkat beban. Cuma cocok untuk gaya-gayaan atau jalan ke mal."
Menurut American Pediatrician, beban yang mampu diangkat oleh anak-anak adalah 10 - 20 persen dari berat tubuhnya. "Anak-anak adalah individu yang masih bertumbuh. Pertumbuhan tulang mereka akan berlangsung hingga usia 9 - 14 tahun. Jika dalam usia itu terjadi gangguan pada tulang, maka pertumbuhan tulang pun akan terganggu," jelas Hardjono.
Saat anak mengangkat beban melebihi batas kemampuannya, mereka justru cenderung mengambil posisi membungkuk. "Pasalnya, manusia cenderung mencaribalance, keseimbangan, terhadap pusat gravitasi. Ia, kan, tak mungkin membiarkan dirinya terjengkang gara-gara beban di punggungnya. Tapi akibatnya, kalau hal ini berlangsung terus menerus, tubuhnya bisa jadi bungkuk."
Sedangkan jika anak menumpukan bebannya pada salah satu bahu, "Bahu cenderung ikut turun mengikuti arah gravitasi beban. Kalau ini berlangsunglama, punggung anak bisa membengkok ke samping atau skoliosis."
Meski jumlah 'korban' yang berjatuhan gara-gara perkara ransel ini relatif kecil, namun kekeliruan-kekeliruan dalam memakai ransel atau mengangkat beban berat akan menimbulkan repetitive injury atau cidera berulang. "Sama halnya menabung uang, sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit, kerusakan atau kesempurnaan postur manusia terjadi karena kebiasaan. Cidera yang berulang sama saja dengan kebiasaan buruk yang terus diulang. Dampaknya bisa muncul saat mereka sudah dewasa."
Selain mengganggu pertumbuhan, pemberian beban berlebih juga dapat menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit bisa mulai pundak. "Di pundak, terdapat otot yang berhubungan dengan leher, yaitu otot upper trapesius. Jika ototupper trapesius tertarik ke bawah karena beban, leher tetap menjulur ke depan. Itulah sebabnya, orang yang membawa tas punggung terlalu berat, lehernya tampak sangat panjang. Akibatnya leher pun terasa tegang dan kaku."
Posisi membungkuk yang dilakukan orang saat mengangkat beban berlebih pun dapat menimbulkan sakit pinggang. Lho, bukan di punggung? "Pada postur manusia normal, seharusnya terdapat tiga kurva, yaitu di leher, punggung dan pinggang. Saat orang membungkuk, kurva di pinggang menghilang. Hilangnya kurva di pinggang menyebabkan penguluran pada otot-otot dan jaringan pengikat sendi (ligamen) pinggang bagian belakang. Penguluran ini menyebabkan rasa sakit," paparnya.
Jika ini terjadi pada orang tua, bisa saja terjadi hernia nukleus pulposus (HNP) yaitu bantalan tulang belakang menyembul keluar. "Perempuan lebih rentan terhadap HNP. Wajar saja, soalnya kekuatan mereka, kan, lebih kecil daripada pria." [Berbagai sumber di internet]
kunjungangan pagi bang..
ReplyDelete@Heny :> Pagi juga hen..
ReplyDelete